Hasil pengukuran yang kita peroleh disebut dengan data mentah.
Besarnya hasil pengukuran yang kita peroleh biasanya bervariasi. Apabila kita
perhatikan data mentah tersebut, sangatlah sulit bagi kita untuk menarik
kesimpulan yang berarti. Untuk memperoleh gambaran yang baik mengenai data
tersebut, data mentah tersebut perlu di olah terlebih dahulu.
Pada saat kita dihadapkan pada sekumpulan data yang banyak, seringkali
membantu untuk mengatur dan merangkum data tersebut dengan membuat tabel yang
berisi daftar nilai data yang mungkin berbeda (baik secara individu atau
berdasarkan pengelompokkan) bersama dengan frekuensi yang sesuai, yang mewakili
berapa kali nilai-nilai tersebut terjadi. Daftar sebaran nilai data tersebut
dinamakan dengan Daftar Frekuensi atau Sebaran Frekuensi (Distribusi
Frekuensi).
Dengan demikian, distribusi frekuensi adalah daftar nilai data (bisa
nilai individual atau nilai data yang sudah dikelompokkan ke dalam selang
interval tertentu) yang disertai dengan nilai frekuensi yang sesuai.
Pengelompokkan data ke dalam beberapa kelas dimaksudkan agar ciri-ciri
penting data tersebut dapat segera terlihat. Daftar frekuensi ini akan
memberikan gambaran yang khas tentang bagaimana keragaman data. Sifat keragaman
data sangat penting untuk diketahui, karena dalam pengujian-pengujian statistik
selanjutnya kita harus selalu memperhatikan sifat dari keragaman data. Tanpa
memperhatikan sifat keragaman data, penarikan suatu kesimpulan pada umumnya
tidaklah sah.
Sebagai contoh, perhatikan contoh data pada Tabel 1. Tabel tersebut
adalah daftar nilai ujian Matakuliah Statistik dari 80 Mahasiswa (Sudjana,
19xx).
Sangatlah sulit untuk menarik suatu kesimpulan dari daftar data tersebut.
Secara sepintas, kita belum bisa menentukan berapa nilai ujian terkecil atau
terbesar. Demikian pula, kita belum bisa mengetahui dengan tepat, berapa nilai
ujian yang paling banyak atau berapa banyak mahasiswa yang mendapatkan nilai
tertentu. Dengan demikian, kita harus mengolah data tersebut terlebih dulu agar
dapat memberikan gambaran atau keterangan yang lebih baik.
Bandingkan dengan tabel yang sudah disusun dalam bentuk daftar
frekuensi (Tabel 2a dan Tabel 2b). Tabel 2a merupakan daftar frekuensi dari
data tunggal dan Tabel 2b merupakan daftar frekuensi yang disusun dari data
yang sudah di kelompokkan pada kelas yang sesuai dengan selangnya. Kita bisa
memperoleh beberapa informasi atau karakteristik dari data nilai ujian
mahasiswa.
Pada Tabel 2a, kita bisa mengetahui bahwa ada 80 mahasiswa yang
mengikuti ujian, nilai ujian terkecil adalah 35 dan tertinggi adalah 99. Nilai
70 merupakan nilai yang paling banyak diperoleh oleh mahasiswa, yaitu ada 4
orang, atau kita juga bisa mengatakan ada 4 mahasiswa yang memperoleh nilai 70,
tidak ada satu pun mahasiswa yang mendapatkan nilai 36, atau hanya satu orang
mahasiswa yang mendapatkan nilai 35.
Tabel 2b merupakan daftar frekuensi dari data yang sudah
dikelompokkan. Daftar ini merupakan daftar frekuensi yang sering digunakan.
Kita sering kali mengelompokkan data contoh ke dalam selang-selang tertentu
agar memperoleh gambaran yang lebih baik mengenai karakteristik dari data. Dari
daftar tersebut, kita bisa mengetahui bahwa mahasiswa yang mengikuti ujian ada
80, selang kelas nilai yang paling banyak diperoleh oleh mahasiswa adalah
sekitar 71 sampai 80, yaitu ada 24 orang, dan seterusnya. Hanya saja perlu
diingat bahwa dengan cara ini kita bisa kehilangan identitas dari data aslinya.
Sebagai contoh, kita bisa mengetahui bahwa ada 2 orang yang mendapatkan nilai
antara 31 sampai 40. Meskipun demikian, kita tidak akan tahu dengan persis,
berapa nilai sebenarnya dari 2 orang mahasiswa tersebut, apakah 31 apakah 32
atau 36 dst.
Ada beberapa istilah yang harus dipahami terlebih dahulu dalam
menyusun daftar frekuensi.
Range :
Selisih antara nilai tertinggi dan terendah. Pada contoh ujian di atas, Range =
99 – 35 = 64
Batas bawah
kelas: Nilai terkecil yang berada pada setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di
atas, batas bawah kelasnya adalah 31, 41, 51, 61, …, 91)
Batas atas
kelas: Nilai terbesar yang berada pada setiap kelas. (Contoh: Pada Tabel 3 di
atas, batas bawah kelasnya adalah 40, 50, 60, …, 100)
Batas kelas
(Class boundary): Nilai yang digunakan untuk memisahkan antar kelas, tapi tanpa
adanya jarak antara batas atas kelas dengan batas bawah kelas berikutnya.
Contoh: Pada kelas ke-1, batas kelas terkecilnya yaitu 30.5 dan terbesar 40.5.
Pada kelas ke-2, batas kelasnya yaitu 40.5 dan 50.5. Nilai pada batas atas
kelas ke-1 (40.5) sama dengan dan merupakan nilai batas bawah bagi kelas ke-2
(40.5). Batas kelas selalu dinyatakan dengan jumlah digit satu desimal lebih
banyak daripada data pengamatan asalnya. Hal ini dilakukan untuk menjamin tidak
ada nilai pengamatan yang jatuh tepat pada batas kelasnya, sehingga
menghindarkan keraguan pada kelas mana data tersebut harus ditempatkan. Contoh:
bila batas kelas di buat seperti ini:
Kelas ke-1 :
30 – 40
Kelas ke-2 :
40 – 50
:
dst.
Apabila ada
nilai ujian dengan angka 40, apakah harus ditempatkan pada kelas-1 ataukah
kelas ke-2?
Panjang/lebar
kelas (selang kelas): Selisih antara dua nilai batas bawah kelas yang berurutan
atau selisih antara dua nilai batas atas kelas yang berurutan atau selisih
antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas bagi kelas yang bersangkutan.
Biasanya lebar kelas tersebut memiliki lebar yang sama. Contoh:
lebar kelas
= 41 – 31 = 10 (selisih antara 2 batas bawah kelas yang berurutan) atau
lebar kelas
= 50 – 40 = 10 (selisih antara 2 batas atas kelas yang berurutan) atau
lebar kelas
= 40.5 – 30.5 = 10. (selisih antara nilai terbesar dan terkecil batas kelas
pada kelas ke-1)
Nilai tengah
kelas: Nilai kelas merupakan nilai tengah dari kelas yang bersangkutan yang
diperoleh dengan formula berikut: ½ (batas atas kelas+batas bawah kelas). Nilai
ini yang dijadikan pewakil dari selang kelas tertentu untuk perhitungan
analisis statistik selanjutnya. Contoh: Nilai kelas ke-1 adalah ½(31+40) = 35.5
Banyak
kelas: Sudah jelas! Pada tabel ada 7 kelas.
Frekuensi
kelas: Banyaknya kejadian (nilai) yang muncul pada selang kelas tertentu.
Contoh, pada kelas ke-1, frekuensinya = 2. Nilai frekuensi = 2 karena pada
selang antara 30.5 – 40.5, hanya ada 2 angka yang muncul, yaitu nilai ujian 31
dan 38.
Teknik
pembuatan Tabel Distribusi Frekuensi (TDF)
Distribusi
frekuensi dibuat dengan alasan berikut:
- kumpulan data yang besar dapat diringkas
- kita dapat memperoleh beberapa gambaran mengenai karakteristik data, dan
- merupakan dasar dalam pembuatan grafik penting (seperti histogram).
Banyak
software (teknologi komputasi ) yang bisa digunakan untuk membuat tabel
distribusi frekuensi secara otomatis. Meskipun demikian, di sini tetap akan
diuraikan mengenai prosedur dasar dalam membuat tabel distribusi frekuensi.
Langkah-langkah
dalam menyusun tabel distribusi frekuensi:
- Urutkan data, biasanya diurutkan dari nilai yang paling kecil
- Tujuannya agar range data diketahui dan mempermudah penghitungan frekuensi tiap kelas!
- Tentukan range (rentang atau jangkauan)
- Range = nilai maksimum – nilai minimum
- Tentukan banyak kelas yang diinginkan. Jangan terlalu banyak/sedikit, berkisar antara 5 dan 20, tergantung dari banyak dan sebaran datanya.
- Aturan Sturges:
- Banyak kelas = 1 + 3.3 log n, dimana n = banyaknya data
Tentukan
panjang/lebar kelas interval (p)
Panjang
kelas (p) = [rentang]/[banyak kelas]
Tentukan
nilai ujung bawah kelas interval pertama
Pada saat
menyusun TDF, pastikan bahwa kelas tidak tumpang tindih sehingga setiap
nilai-nilai pengamatan harus masuk tepat ke dalam satu kelas. Pastikan juga
bahwa tidak akan ada data pengamatan yang tertinggal (tidak dapat dimasukkan ke
dalam kelas tertentu). Cobalah untuk menggunakan lebar yang sama untuk semua
kelas, meskipun kadang-kadang tidak mungkin untuk menghindari interval terbuka,
seperti ” ≥ 91 ” (91 atau lebih). Mungkin juga ada kelas tertentu dengan
frekuensi nol.
Distribusi
Frekuensi Relatif dan Kumulatif
Variasi
penting dari distribusi frekuensi dasar adalah dengan menggunakan nilai
frekuensi relatifnya, yang disusun dengan membagi frekuensi setiap kelas dengan
total dari semua frekuensi (banyaknya data). Sebuah distribusi frekuensi
relatif mencakup batas-batas kelas yang sama seperti TDF, tetapi frekuensi yang
digunakan bukan frekuensi aktual melainkan frekuensi relatif. Frekuensi relatif
kadang-kadang dinyatakan sebagai persen.
Distribusi Frekuensi kumulatif
Variasi lain
dari distribusi frekuensi standar adalah frekuensi kumulatif. Frekuensi
kumulatif untuk suatu kelas adalah nilai frekuensi untuk kelas tersebut
ditambah dengan jumlah frekuensi semua kelas sebelumnya.
Macam-macam Grafik
Histogram
adalah salah satu cara menyatakan daftar ditribusi frekuensi atau distribusi
frekuensi relatif. Pada histogram, variable ditulis pada sumbu horizontal, dan
frekuensi (ataupun frekuensi relatif) digambarkan sebagai panjang dari persegi
panjang. Lebar persegi panjang adalah lebar dari kelas interval sehingga antara
persegi panjang yang satu dengan yang lain tidak memiliki jarak. Sifatnya: Tinggi batang sesuai dengan nilai
frekuensinya, dan batang satu dengan lainnya saling berdempetan, tidak ada
jarak/ gap diantara batang.
Contoh
Poligon frekuensi merupakan salah satu cara untuk
menggambarkan distribusi frekuensi. Untuk memperoleh distribusi frekuensi, kita
tempatkan titik di tengah sisi lebar dari setiap persegi panjang. Kemudian,
titik-titik tersebut dihubungkan sehingga kita memperoleh grafik garis yang
kita sebut dengan poligon frekuensi. Sifatnya: Ketinggian dari titik-titik
sesuai dengan frekuensi kelas, dan segmen garis diperluas ke kanan dan kiri
sehingga grafik dimulai dan berakhir pada sumbu horisontal.
Ogive. Kurva distribusi frekuensi kumulatif disebut ogive.
ogive dibuat dengan cara menempatkan titik-titik limit kelas bawah pada sumbu
horizontal dan pada sumbu vertikal ditempatkan frekuensi kumulatif. kemudian
titik-titik tersebut dihubungkan sehingga kita mendapatkan kurva yang mulus
yang terus meningkat. sifatnya: distribusi frekuensi kumulatif yang
menggambarkan diagramnya dalam sumbu tegak dan mendatar atau eksponensial
contoh ::
Sumber :
http://belajarstatistika.site11.com/grafikfrekuensi.html
http://smartstat.wordpress.com/2010/03/29/distribusi-frekuensi/
0 komentar:
Posting Komentar
Beri Masukan Bermanfaat