Percaya adalah
salah satu bagian dari iman. Karena iman mencakup percaya dan mengamalkan, baik
di lisan maupun perbuatan.
Berikut beberapa keterangan ulama tentang iman:
1. Keterangan Imam
Malik:
Dari Abdullah bin Nafi’ bahwa Imam Malik pernah mengatakan:
Dari Abdullah bin Nafi’ bahwa Imam Malik pernah mengatakan:
الايمان قول وعمل
“Iman adalah ucapan
dan perbuatan.” (Al-Hilyah, 6:327, dinukil dari I’tiqad
Al-Aimmah Al-Arbaah, Hal. 25)
2. Keterangan Imam
As-Syafii:
Ar-Rabi’ bin Sulaiman bahwa beliau mendengar Imam As-Syafi’i mengatakan:
Ar-Rabi’ bin Sulaiman bahwa beliau mendengar Imam As-Syafi’i mengatakan:
الايمان قول وعمل واعتقاد بالقلب
“Iman adalah ucapan,
perbuatan, dan keyakinan hati…” (Al-Intiqa’, 81, dinukil dari I’tiqad
Al-Aimmah Al-Arbaah, Hal. 39)
Diriwayatkan
Al-baihaqi bahwa Imam As-Syafi’i juga mengatakan:
الايمان قول وعمل يزيد وينقص
“Iman adalah ucapan
dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang.” (Manaqib As-Syafi’i,
1:387)
3. Keterangan Imam
Ahmad:
Dari Abdullah bin Ahmad, bahwa ayahnya Imam Ahmad pernah berkata:
Dari Abdullah bin Ahmad, bahwa ayahnya Imam Ahmad pernah berkata:
الايمان قول وعمل يزيد وينقص
إذا زنى وشرب الخمر
نقص ايمانه
“Iman adalah ucapan
dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang, dan apabila orang itu berzina
atau mencuri maka imannya berkurang.” (As-Sunnah karya Abdullah bin
Ahmad, 1:307)
4. Para ulama kontemporer mendefinisikan
iman sebagai:
الإيمان اعتقاد بالجنان وإقرار باللسان وعمل بالجوارح والأركان
Iman adalah
keyakinan hati, ikrar di lisan, dan amal anggota badan dan perbuatan.
Inilah tiga unsur iman: Keyakinan di hati, ikrar di
lisan, dan praktek dalam perbuatan.
Semata-mata yakin,
belum disebut mukmin.
Sebagaimana kita
tahu bahwa Iblis percaya bahwa Allah itu ada, iblis yakin Allah itu tuhan,
iblis juga yakin Allah itu Esa, karena dulu iblis adalah jin yang taat
beribadah kepada Allah dan pernah berdialog dengan Allah. Namun Iblis tidak
disebut mukmin, bahkan dia adalah gembong orang kafir. Karena Iblis,
tidak mau tunduk dan taat pada aturan Allah.
Semata-mata mengaku
saya mukmin, belum disebut mukmin.
Mengaku mukmin, KTP
Islam, namun belum meyakini dalam hati, dan tidak mau menjalankan tugas dan
kewajiban sebagai seorang mukmin, belum dianggap beriman. Sebagaimana kita tahu
orang munafik di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengikrarkan dirinya sebagai mukmin. Bahkan mereka ikut shalat berjamaah
di Masjid Nabawi.
Meskipun demikian, mereka tidak dianggap mukmin.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits
0 komentar:
Posting Komentar
Beri Masukan Bermanfaat