Pertama,
Mencari Waktu yang Mustajab
Di antara
waktu yang mustajab adalah hari Arafah, Ramadhan, sore hari Jumat, dan waktu
sahur atau sepertiga malam terakhir.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ينزل الله تعالى
كل ليلة إلى السماء
الدنيا حين يبقى ثلث
الليل الأخير فيقول عز
وجل: من يدعونى فأستجب
له، من يسألنى فأعطيه،
من يستغفرنى فأغفر له
“Allah turun ke langit dunia setiap malam, ketika tersisa
sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku
kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri, dan siapa yang memohon ampunan
pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)
Kedua,
Memanfaatkan Keadaan yang Mustajab Untuk Berdoa
Di antara
keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika perang, turun hujan, ketika
sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa menjelang berbuka.
Abu Hurairah
radhiallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka ketika
jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika iqamah
shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus Sunnah
al-Baghawi, 1: 327)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak
tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan
Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklahberdoa.” (HR. Muslim)
Ketiga,
Menghadap Kiblat dan Mengangkat Tangan
Dari Jabir
radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di
Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari
terbenam. (HR. Muslim)
Dari Salman
radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya
ketika mereka mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan
tangan kosong (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau
hasankan)
Cara
mengangkat tangan:
Ibnu Abbas
radhiallahu’anhu mengatakan, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamketika
berdoa, beliau menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengangkatnya setinggi
wajahnya (wajah menghadap telapak tangan). (HR. Thabrani)
Catatan:
Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa.
Keempat, Dengan
Suara Lirih dan Tidak Dikeraskan
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ
وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ
ذَلِكَ سَبِيلًا
“Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra:
110)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Zakariya ‘alaihis salam, yang berdoa dengan
penuh khusyu’ dan suara lirih.
ذِكْرُ رَحْمَتِ رَبِّكَ
عَبْدَهُ زَكَرِيَّا (2) إِذْ نَادَى رَبَّهُ
نِدَاءً خَفِيًّا
“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan
kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
yaitu
tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 2–3)
Allah
Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا
وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ
الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. Al-A’raf: 55)
Dari Abu
Musa radhiallahu’anhu bahwa suatu ketika para sahabat pernah berdzikir dengan
teriak-teriak. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
، ارْبَعُوا عَلَى
أَنْفُسِكُمْ ، فَإِنَّكُمْ لاَ
تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا
، إِنَّهُ مَعَكُمْ
، إِنَّهُ سَمِيعٌ
قَرِيبٌ
“Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian
tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian,
Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (HR. Bukhari)
Kelima,
Tidak Dibuat Bersajak
Doa yang
terbaik adalah doa yang ada dalam Alquran dan sunah.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا
وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ
الْمُعْتَدِينَ
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.”
(QS. Al-A’raf: 55)
Ada yang
mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan
dipaksakan bersajak.
Keenam,
Khusyu’, Merendahkan Hati, dan Penuh Harap
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي
الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا
لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera
dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoakepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada
Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
Ketujuh,
Memantapkan Hati Dalam Berdoa dan Berkeyakinan Untuk Dikabulkan
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يقل أحدكم
إذا دعا اللهم اغفر
لي إن شئت اللهم
ارحمني إن شئت ليعزم
المسألة فإنه لا مُكرِه
له
“Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah,
ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’.
Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah
tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban dan
dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)
Di antara
bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar bahwa dia sedang meminta
sesuatu. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
ادعوا الله وأنتم
موقنون بالإجابة واعلموا أن الله
لا يستجيب دعاء من
قلب غافل لاه
“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan.
Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan
lengah (dengan doanya).” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani)
Banyak orang
yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu isi doa yang dia ucapkan. Karena
dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya dia ucapkan tanpa direnungkan
isinya.
Kedelapan,
Mengulang-ulang Doa dan Merengek-rengek Dalam Berdoa
Mislanya,
orang berdoa: Yaa Allah, ampunilah hambu-MU, ampunilah hambu-MU…, ampunilah
hambu-MU yang penuh dosa ini. ampunilah ya Allah…. Dia ulang-ulang
permohonannya. Semacam ini menunjukkan kesungguhhannya dalam berdoa.
Ibn Mas’ud
mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa,
beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau
mengulangi tiga kali. (HR. Muslim)
Kesembilan,
tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari perasaan: mengapa
doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ
يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى
“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia
mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Sikap
tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan,
menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu,
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدعاء
يستجاب للعبد ما لم
يدع بإثم أو قطيعة
رحم، ما لم يستعجل،
قيل: يا رسول الله
وما الاستعجال؟ قال: يقول قد
دعوت وقد دعوت فلم
أر يستجيب لي، فيستحسر
عند ذلك ويدع الدعاء
رواه مسلم
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak
berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak
terburu-buru.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud
terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata,
‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya
dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Sebagian
ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan
selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar
dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk meninggalkan
segala sesuatu yang tidak penting baguku.”
Kesepuluh,
Memulai Doa dengan Memuji Allah dan Bershalawat Kepada NabiShallallahu ‘Alaihi
wa Sallam
Bagian dari
adab ketika memohon dan meminta adalah memuji Dzat yang diminta. Demikian pula
ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya kita memuji Allah dengan menyebut
nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul husna).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar ada orang yang berdoa dalam
shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda, “Orang ini
terburu-buru.” kemudian beliau bersabda,
إذا صلى أحدكم
فليبدأ بتحميد ربه جل
وعز والثناء عليه ثم
ليصل على النبي صلى
الله عليه وسلم ثم
يدعو بما شاء
“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji
dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan
dishahihkan Al-Albani)
Kesebelas,
Memperbanyak Taubat dan Memohon Ampun Kepada Allah
Banyak
mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana terbesar untuk mendapatkan
cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan mudah dikabulkan. Di
antara amal yang sangat dicintai Allah adalah memperbanyak taubat dan
istighfar.
Dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ
عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا
افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ
عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى
أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ
كُنْتُ….، وَإِنْ سَأَلَنِى
لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى
لأُعِيذَنَّهُ
“Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku
cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-Ku yang sering beribadah
kepada-Ku dengan amalan sunah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya
maka …jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta perlindungan
kepada-KU, pasti Aku lindungi..” (HR. Bukhari)
Diriwayatkan
bahwa ketika terjadi musim kekeringan di masa Umar bin Khatab, beliau meminta
kepada Abbas untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas mengatakan, “Ya Allah,
sesungguhnya tidaklah turun musibah dari langit kecuali karena perbuatan dosa.
dan musibah ini tidak akan hilang, kecuali dengan taubat…”
Kedua Belas,
Hindari Mendoakan Keburukan, Baik Untuk Diri Sendiri, Anak, Maupun Keluarga
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman, mencela manusia yang berdoa dengan doa yang buruk,
وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً
“Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk
kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra’: 11)
وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ
لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُم بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ
“Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia
seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur
mereka (binasa).” (QS. Yunus: 11)
Ayat ini
berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan untuk dirinya, hartanya, keluarganya,
dengan doa keburukan.
Dari Jabir
radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا تدعوا على
أنفسكم، ولا تدعوا على
أولادكم، ولا تدعوا على
خدمكم، ولا تدعوا على
أموالكم، لا توافق من
الله ساعة يسأل فيها
عطاء فيستجاب لكم
“Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian,
jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk
pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi
ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab,
pasti Allah kabulkan.” (HR. Abu Daud)
Dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يزال الدعاء
يستجاب للعبد ما لم
يدع بإثم أو قطيعة
رحم
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak
berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Ketiga
Belas, Menghindari Makanan dan Harta Haram
Makanan yang
haram menjadi sebab tertolaknya doa.
Dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ
لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ
اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا
أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ
( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ
عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ
مَا رَزَقْنَاكُمْ) ». ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ
يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى
السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا
رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ
فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib
(baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan
sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang
diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah
makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai
orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami
rezekikan kepadamu’. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan
tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang
ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat
tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal,
makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari
yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah
akan mengabulkan do’anya?” (HR. Muslim)
Allahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar
Beri Masukan Bermanfaat