Bagai padang pasir merindukan oasis, bagai mentari ingin bersatu dengan bulan, bagai api mendambakan air, bagai gelap mencintai terang.
Rasa itu kembali, setelah berkelana dalam kehampaan, tersembul di permukaan, kembali dari persembunyian, terlahir kembali dalam cacat yang sama.
Ruang kosong itu kembali berdebu, hamparan kertas kosong, pena berserakan dimana-mana, bagai penyair bercerai dengan sang kata. semua terasa hambar, tawa mengering, air mata membeku, mulut terkatup rapat mengunci isi hati.
Nanar dalam pandangan hidup, sang bijak menyanyikan irama hidup, meniupkan pertanyaan ke penjuru jiwa. Alangkah indahnya saat hati mencintai mati.!
Selasa, 29 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Beri Masukan Bermanfaat